NonStop Reading – artofthestates.org – Firaun Tutankhamun: Benarkah Ada Kutukan Firaun Tutankhamun?. Firaun Tutankhamun, yang lebih dikenal sebagai Tut, adalah salah satu raja Mesir Kuno yang paling terkenal, meskipun ia memerintah dalam waktu yang relatif singkat (sekitar 1332–1323 SM). Sebagian besar ketenaran Tutankhamun berasal dari penemuan makamnya yang hampir utuh pada tahun 1922 oleh Howard Carter, seorang arkeolog asal Inggris. Penemuan ini memicu kegemparan dunia, bukan hanya karena kekayaan dan keindahan makamnya, tetapi juga karena berbagai teori konspirasi dan misteri yang menyelimuti kehidupan dan kematian Firaun muda ini.
Salah satu teori konspirasi yang paling terkenal terkait dengan Tutankhamun adalah Kutukan Firaun, yang dikaitkan dengan serangkaian kematian dan tragedi yang terjadi setelah penemuan makamnya. Namun, ada juga teori-teori lain yang mencoba menjelaskan kematian Firaun Tut yang sangat muda, yang berusia sekitar 18 tahun saat meninggal. Beberapa teori konspirasi ini melibatkan elemen-elemen mistis, konspirasi politik, dan bahkan teori-teori ilmiah yang tidak biasa.
Kutukan Firaun: Kematian Misterius dan Tragedi yang Mengikuti
Setelah penemuan makam Tutankhamun oleh Howard Carter, beberapa orang yang terlibat dalam ekspedisi tersebut dilaporkan meninggal dengan cara yang misterius atau tidak biasa. Mereka menggunakan kematian-kematian itu sebagai bukti adanya Kutukan Firaun. Mereka yang mengganggu makam firaun akan menerima hukuman mati atau nasib buruk.
Beberapa kejadian yang menambah misteri ini antara lain:
- Lord Carnarvon, sponsor ekspedisi yang mendanai penelitian Carter, meninggal pada tahun 1923 akibat infeksi yang berkembang setelah ia digigit oleh seekor nyamuk. Beberapa orang percaya bahwa kematian Carnarvon adalah tanda kutukan. Para peneliti medis menyatakan bahwa bakteri menyebabkan infeksi tersebut, bukan kutukan.
- Arthur Weigall, seorang Egyptologis terkenal yang mempelajari Mesir Kuno, juga dilaporkan meninggal tak lama setelah ekspedisi, meskipun tidak ada bukti langsung yang mengaitkan kematiannya dengan kutukan.
- Beberapa orang lain yang terlibat dalam penemuan makam Tutankhamun juga mengalami nasib buruk atau kematian misterius, yang semakin memperkuat teori bahwa kutukan tersebut memang nyata.
Meski demikian, banyak ahli yang membantah teori kutukan ini. Mereka menjelaskan kematian-kematian itu dengan infeksi, penyakit, atau kecelakaan. Tidak ada bukti nyata yang menunjukkan adanya kekuatan gaib dalam kematian-kematian tersebut.
Teori Konspirasi Terkait Kematian Tutankhamun
Selain kutukan, ada juga beberapa teori konspirasi mengenai kematian Firaun Tutankhamun itu sendiri. Beberapa teori ini berusaha menjelaskan mengapa seorang raja muda yang tampaknya sehat bisa meninggal secara mendadak pada usia yang sangat muda, yaitu sekitar 18 tahun.
a. Pembunuhan atau Intrik Politik
Beberapa teori menyatakan bahwa kematian Tutankhamun mungkin bukanlah akibat penyakit atau kecelakaan, melainkan hasil dari pembunuhan politik. Mereka membunuh Tutankhamun karena alasan politik.
Akhenaten adalah seorang firaun yang memimpin Mesir dengan kebijakan agama yang sangat kontroversial, dengan memaksakan agama monoteisme yang menyembah dewa Aten, menggantikan kepercayaan politeistik tradisional Mesir. Setelah kematian Akhenaten, terjadi kekacauan politik, dan beberapa pihak mungkin merasa bahwa Tutankhamun, yang naik takhta pada usia yang sangat muda, bisa menjadi alat bagi kelompok-kelompok tertentu yang ingin kembali ke sistem kepercayaan tradisional Mesir.
Beberapa pakar mengemukakan bahwa mungkin ada konspirasi untuk menggulingkan atau membunuh Tutankhamun agar kelompok konservatif bisa mengambil alih kekuasaan. Ada dugaan bahwa beberapa pejabat atau tokoh tinggi di pemerintahan Mesir bisa saja terlibat dalam pembunuhannya untuk memastikan stabilitas politik Mesir setelah periode yang sangat kacau tersebut.
b. Kecelakaan atau Cedera yang Berakibat Fatal
Ada juga teori yang mengemukakan bahwa Tutankhamun mengalami kecelakaan atau cedera yang fatal. Fraktur tulang paha parah menjadi penyebab kematian Tut. Beberapa peneliti meyakini bahwa fraktur tersebut bisa terjadi akibat kecelakaan berkuda, yang menyebabkan cedera serius yang pada akhirnya mengarah pada infeksi atau keracunan darah.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Tutankhamun juga mengalami infeksi parasit dan menderita beberapa kondisi kesehatan lainnya. Termasuk kelainan kaki yang membuatnya berjalan dengan bantuan tongkat. Kemungkinan besar, Tut meninggal karena komplikasi akibat cedera atau infeksi.
c. Penyakit Genetik atau Ketidaksuburan
Beberapa ilmuwan percaya bahwa penyakit genetik bisa menjadi faktor penyebab kematian Tutankhamun. Pemeriksaan terhadap mumi Tut mengungkap adanya beberapa kelainan genetik, seperti cacat pada tulang dan kaki. Ada juga dugaan bahwa Tutankhamun mungkin menderita penyakit Malaria. Yang bisa menyebabkan kematiannya setelah ia terinfeksi oleh parasit malaria yang parah.
Perkawinan sedarah menyebabkan Tutankhamun memiliki kelainan genetik yang parah dan meninggal muda.
Penemuan Makam dan Keberadaan Harta Karun
Makam Tutankhamun adalah salah satu penemuan arkeologi paling penting dalam sejarah. Para arkeolog menemukan ribuan artefak, perhiasan, dan barang-barang ritual di dalam makamnya. Namun, keindahan dan kekayaan makam ini juga memunculkan teori konspirasi tentang harta karun yang tersembunyi.
Banyak orang yakin bahwa masih ada harta karun yang tersembunyi di makam Tutankhamun.Seseorang telah menyembunyikan sebagian harta karun itu.
Kesimpulan
Firaun Tutankhamun dan makamnya terus menjadi pusat perhatian dan misteri yang tak terpecahkan. Berbagai teori konspirasi terkait dengan kutukan firaun, kematiannya yang misterius, dan harta karun yang tersembunyi. Menambah lapisan intrik di balik kehidupan dan warisan raja muda ini. Teori konspirasi tersebut, meski tak terbukti, tetap membuat kisah Mesir Kuno semakin menarik.
Meskipun kematian Firaun Tutankhamun masih menjadi perdebatan, apakah karena kutukan. Konspirasi, atau kecelakaan, keberadaannya sebagai salah satu figur paling ikonik dalam sejarah dunia tidak terbantahkan.